Pendekatan Daya Guna Marginal
Konsumen yang mengkonsumsi suatu barang dalam jumlah yang semakin besar maka kepusan totalnya (total utility) akan meningkat sedangkan tambahan kepuasan (marginal utility) semakin menurun. Kepuasan total adalah kepuasan yang diterima konsumen dari mengkonsumsi suatu jenis barang. Sedangkan daya guna marjinal adalah tambahan kepuasan yang diperoleh konsumen untuk setiap satu satuan tambahan barang yang dikonsumsi. Ada dua pendekatan dalam teori daya guna, yaitu pendekatan kardinal dan pendekatan ordinal. Dal perdekatan kardinal kepuasan (utility) yang diterima konsumen dapat diukur, misalnya 10, 20, 30 dan sebagainya. Sedangkan dalam pendekatan ordinal konsumen tidak perlu tahu berapa kepuasan yang diterimanya akan tetapi konsumen tersebut dapat merangkingnya, misalnya kedua, ketiga, kelimka dan seterusnya. Artinya konsumen dapat menentukan kepuasan dari mengkonsumsi suatu barang tertentu lebih tinggi dari mengkonsumsi barang lain.
Konsumen harus membelanjakan semua pendapatannya pada berbagai barang-barang dan jasa-jasa agar diperoleh kepuasan total atau daya guna total yang maksimal. Hal ini bisa dicapai bila konsumen membelanjakan pendapatannya sedemikian rupa hingga rupiah terakhir yang dibelanjakan pada setiap barang yang dibeli memberikan tambahan daya guna yang sama. Bila hal ini tercapai maka konsumen tersebut mencapai keseimbangan.
Maksimisasi daya guna total dapat dinyatakan sebagai berikut:
(MUA/PA) =(MUB/PB) =….= (MUX/PX)
dengan kendala anggaran sebesar:
I =(APA+ BPB +….. + XPX)
Dimana MU adalah tambahan kepuasan (marginal utility), P adalah harga (price) dan I adalah pendapatan (income).
- Pendekatan Kurva Indiferensi
Pada gambar dibawah terlihat bahwa konsumen mencapai kepuasan maksimum pada titik A pada kurva indiferensi I1 yaitu pada kuantitas barang X dan barang Y yang diminta sebesar X0 dan Y0. Titik B dan C tidak dipilih konsumen karena hanya memberikan kepuasan yang lebih kecil atau terletak pada kurva indiferensi yang lebih rendah dari kurva indiferensi I1. Titik D juga tidak dipilih konsumen karena terletak diluar jangkauan kendala pendapatan.
Kurva berlereng menurun dapat dicari dengan menggunakan analisis kurva indiferensi dan garis kendala anggaran. Mula-mula keseimbangan kepuasan maksimal konsumen pada titik E0 yaitu persinggungan kurva indiferensi I0 dengan garis kendala anggaran BL0. Pada harga P0X kuantitas X yang diminta sebesar X0 dan kuantitas Y yang diminta sebesar Y0. Ketika harga barang X turun dari P0X menjadi P1X maka garis kendala anggaran berotasi berlawanan dengan arah jarum jam dari BL0 menjadi BL1 sedangkan harga barang Y dianggap tetap konstan. Keseimbangan konsumsi sekarang adalah pada titik E1 yaitu titik singgung baru antara BL1 dan I1. Pada harga P1X , kuantitas barang X yang diminta sebesar X1 dan barang Y yang diminta tetap sebesar Y1. Jika titik-titik keseimbangan konsumen tersebut dihubungkan maka akan diperoleh kurva konsumsi harga (KKH). Jika kurva konsumsi harga tersebut diturunkan pada sumbu X kuantitas barang X dan sumbu Y pada harga barang X maka diperoleh kurva permintaan barang X. Ketika harga barang X turun maka jumlah barang X yang diminta konsumen lebih banyak.
Hukum permintaan dapat dijelaskan juga dengan efek pendapatan dan efek subtitusi. Posisi keseimbangan mula-mula di titik A, bila harga barang X turun maka pada tingkat pendapatan yang sama, garis anggaran berotasi berlawanan dengan arah jarum jam. Garis anggaran berubah dari BL0 menjadi BL1 dan posisi keseimbangan baru di titik C. Ketika ada penurunan harga barang X menyebabkan jumlah barang X bertambah dari X0 menjadi X2. Hal ini disebut dengan efek total yaitu berasal dari efek substitusi dan efek pendapatan. Untuk mengetahui efek subtitusi,ditunjukkan oleh garis kendala anggran BL2 yang menyinggung garis anggaran semula yaitu I0 di titik B. Garis kendala anggaran BL2 sejajar dengan garis kendala anggaran BL1 karena keduanya didasarkan pada nisbah harga baru setelah ada penurunan harga barang X. Dengan adanya penurunan harga barang X mula –mula konsumen ingin melakukan menambah barang X dan mengurangi barang Y untuk mempertahankan tingkat kurva indiferensi yang bisa dicapai. Efek subtitusi ditunjukkan dengan bergesernya tiitk A ke titik B. Penurunan harga menyebabkan naiknya pendapatan riil yaitu bergesernya titik B ke titik C, yang disebut dengan efek pendapatan. Jadi pada barang normal, akibat penurunan harga barang X efek subtitusi bergerak sejalan dengan efek pendapatan yang menyebabkan kenaikan kuantitas yang diminta dari X0 menjadi X2.
Pada kasus barang inferior, efek subtitusi dan efek pendapatan tidak berjalan searah dan efek subtitusi lebih dominan dari pada efek pendapatan. Efek pendapatan pada barang inferior, ketika ada penurunan harga barang yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil menyebabkan penuruna jumlah barang yang diminta.
Sedangkan pada kasus barang giffen, ketika ada penurunan harga barang menyebabkan penuruna jumlah barang yang diminta. Hal ini karena efek subtitusi berjalan berlawanan dengan efek pendapatan dan efek pendapatan lebih besar dari pada efek subtitusi.
Sedangkan pada kasus barang giffen, ketika ada penurunan harga barang menyebabkan penuruna jumlah barang yang diminta. Hal ini karena efek subtitusi berjalan berlawanan dengan efek pendapatan dan efek pendapatan lebih besar dari pada efek subtitusi.
- Kurva Konsumsi Pendapatan dan Kurva Engel
Kurva Engel adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara pendapatan dan kuantitas yang diminta. Pada barang normal, kurva engel berlereng menanjak karena kenaikan pendapatan akan menambah kemampuan konsumen untuk membeli dan mengkonsumsi lebih banyak barang dan jasa.
Kurva Engel dapat diturunkan dari kurva konsumsi pendapatan konsumen. Misalkan pendapatan konsumen mula-mula N0, titik keseimbangan di titik E0 yaitu persinggungan antara kurva indiferensi I0 dan garis kendala anggaran BL0 sehingga kuantitas barang X yang diminta sebesar X0. Bila pendapatan konsumen naik menjadi N1 dan harga barang-barang tetap sehingga garis kendala anggaran bergeser ke atas sejajar dengan garis kendala anggaran mula-mula menjadi BL1. Keseimbangan baru menjadi E1 yaitu persinggungan antara kurva indiferensi I1 dengan garis kendala anggaran BL1. Dengan naiknya pendapatan konsumen kuntitas barang X yang diminta naik menjadi X2. Bila hubungan antara pendatan konsumen ini dengan kuantitas barang X yang diminta dihubungkan akan diperoleh kurva Engel. Ketika pendapatan konsumen N0 kuantitas barang X yang diminta sebesar X0 pada titik A, sewaktu pendapatan konsumen naik menjadi N1 kuantitas barang X yang diminta sebesar X1 pada titik B.
Kurva Engel dapat diturunkan dari kurva konsumsi pendapatan konsumen. Misalkan pendapatan konsumen mula-mula N0, titik keseimbangan di titik E0 yaitu persinggungan antara kurva indiferensi I0 dan garis kendala anggaran BL0 sehingga kuantitas barang X yang diminta sebesar X0. Bila pendapatan konsumen naik menjadi N1 dan harga barang-barang tetap sehingga garis kendala anggaran bergeser ke atas sejajar dengan garis kendala anggaran mula-mula menjadi BL1. Keseimbangan baru menjadi E1 yaitu persinggungan antara kurva indiferensi I1 dengan garis kendala anggaran BL1. Dengan naiknya pendapatan konsumen kuntitas barang X yang diminta naik menjadi X2. Bila hubungan antara pendatan konsumen ini dengan kuantitas barang X yang diminta dihubungkan akan diperoleh kurva Engel. Ketika pendapatan konsumen N0 kuantitas barang X yang diminta sebesar X0 pada titik A, sewaktu pendapatan konsumen naik menjadi N1 kuantitas barang X yang diminta sebesar X1 pada titik B.