Menemui Ego Mencari Logika

Wednesday, September 17, 2014
Bukan sekali dua dihadepin sama kondisi kaya gini. Aku, perempuan 25 tahun yang lahir di September, masih aja gak bisa ngelak dari labil emosi dan tangisan bombay kalau pasangan mulai sangat menyebalkan, cuek, dan gak ngerti banget kalau lagi diharap2. Syih! Kaya rasanya tuh sakit di jempol kaki, berasanya sampe ubun. Sakit semua. Mana dia kagak nyadar pula kalau aku, orang yang selama ini selalu care dan sayang sama dia, support segala macem kondisi tuh pekaa banget orangnya. Mbok ya ngalah, bukannya malah pergi gak jelas. Asliiii…. kesel banget!

Then, why me like this?
Kurasa itu alasanku untuk mencari-cari tahu kenapa aku selalu terjebak dalam diri sendiri, ga nemu logika rasanya. Malu-maluin :'(
Jadi ini, yang bisa kubagi dengan kalian, karna yakin banget, pasti bukan cuma aku aja yang pernah ngerasa kaya gini.
Check this.,


Diambil dari Buku Secrets behind Secrets
Mawlana Syaikh Nazim Adil al-Haqqani ق
Schweiben Alp, 15 –18 Juli 1985

Bismillahir Rohmanir Rohim

Ego mengetahui ribuan trik untuk menipu kalian. Seperti seorang wanita yang merengek pada suaminya untuk lebih memperhatikan dia atau memberikan lebih banyak cincin dan semacamnya. Seperti itulah ego memasang berbagai perangkap untuk kalian.

Ego membuat lebih banyak jebakan pada wanita daripada pria. Wanita lebih mudah tertipu namun mereka juga mudah terpuaskan dan mencapai kedamaian dengan cepat. Namun untuk pria, karena dia lebih kuat, jebakan egonya juga lebih kuat. Kalian dapat memaku kayu dengan mudah, namun pria seperti sebuah batu. Adalah sulit untuk memuaskan pria, namun bila dia sudah puas, maka kepuasan itu akan terus berlanjut dan mudah bagi mereka untuk mengontrol egonya. Bagi wanita, walaupun cepat merasa puas, sulit bagi mereka untuk terus mengontrol egonya, karena dia akan kembali tertipu oleh egonya lagi.

Pria adalah alasan bagi wanita untuk kehilangan kontrol dirinya, pria akan dihukum karena hal itu. Pria mempunyai kekuatan penuh untuk membuat suatu kontrol dan melanjutkannya. Namun wanita tidak, mereka mudah dipengaruhi dan mudah kehilangan kontrol diri. Pria mempunyai tanggung jawab atas mereka (para wanita).

Ya. Nabi Adam, as Manusia pertama. Dia melakukan kesalahan karena menuruti ego, karakter ego kebanyakan lewat para wanita. Menurut pengetahuan tradisional, Allah menciptakan ego atas 10 bagian, satu bagian untuk kaum pria dan 9 bagian bagi kaum wanita. Kemudian Allah menciptakan akal menjadi 10 bagian juga: 9 bagian bagi kaum pria dan 1 bagian bagi kaum wanita. Coba kalian datang dan katakan pada saya; “E-qua-li-ty” (persamaan) bagi wanita dan pria! Manusia sedang mabuk sekarang ini. Mabuk karena ketidakpedulian mereka. Ketidakpedulian bagaikan sebuah awan gelap. Kami beri Ta’wil agar bisa dipahami, seperti yang dikatakan dalam Quran al-Karim. Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata, yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih. [44:10-11]

Salah satu tanda-tanda besar kiamat adalah adanya kabut gelap yang menutupi utara sampai selatan, timur sampai barat. Mereka yang tidak beriman akan mabuk. Namun tidak ada efeknya bagi kaum beriman. Kaum beriman, mereka harus mempunyai sebuah majal, atmosfer pribadi agar selalu berada di dalamnya dan tidak tersentuh oleh kabut beracun itu. Ini juga sebuah pemahaman [tafsir]. Dan Allah swt mengetahui, Nabi juga mengetahui dan demikian pula mereka yang diberi cahaya, akan memahami hal ini. Kitab suci al-Quran bukanlah kitab biasa. Kalian dapat menemukan apa pun di dalamnya, namun orang-orang tidak menyentuh pemahaman, mereka tidak mampu menyelami samudra al-Quran. Seperti nasihat Nabi, persiapkan diri untuk melewati kabut itu dan jangan menyerang kaum beriman yang sedang berada dalam “kabut” itu, karena mereka mempunyai cahaya iman yang akan menjaga diri mereka sendiri.

Kita sedang membicarakan karakter ego yang paling buruk yaitu sombong. Orang yang sombong berarti sedang menyerang Tuhannya. Di balik setiap dosa, setiap perkelahian, ada unsur setan di sana. Manusia-manusia sombong tidak pernah menerima kedamaian dalam dirinya sendiri dan sekitarnya. “Saya mendekat pada Allah swt dari sharr, gangguan setan. Saya memohon perlindungan-Nya agar tidak meninggalkan saya ke dalam tangan kotor ego.” Itulah isi hadits Nabi saw, sebuah nasihat yang sempurna: Allahumma la takilni ila nafsi tarfata `ayn. Karena berada dalam genggaman berarti jatuh pada dunia gelap ego, situasi yang kotor.

Tanpa ego, kalian tidak mampu bereksistensi, kalian tidak dapat mencapai segala tingkat/maqam. Yang terpenting adalah meletakkan ego di bawah kendali kita. Ego adalah roket kita, jika roket tidak berada di bawah kendali, bagaimana kita bisa lepas landas? Ketika Nabi memerintahkan untuk menarik ego kita, itu artinya kita harus mengambil kendali atas ego kita.

Alasan mengapa kita duduk bersama adalah sebagai latihan bagi sisi buruk ego kita, nafs al-lawwaama. Biasanya yang paling disukai nafsu adalah: ingin diperhatikan, menonjolkan diri, berbeda dari yang lain, dan menjadi seseorang, seseorang yang “lebih”.

Namun, selama kita duduk bersama, tak seorang pun yang lebih dari yang lain. Tentu saja, terkadang keadaan menjadi sulit dan salah satu atau yanf lain harus muncul. Bahkan di dalam suhbah (asosiasi), dia harus menonjol. Tujuan suhbah adalah menjaga nafsu agar selalu dalam batasnya. Jika salah satu dari mereka yang sedang duduk dalam suhbah memperlihatkan tanda keinginan untuk menonjol, maka dia harus ditarik kembali.

Karena, menonjolkan diri atau ingin “tampak” terjadi saat nafsu ingin keluar. Menonjolkan diri berasal dari hilangnya “saat ini”-–hadir–kehadiran Ilahi. Untuk berada dalam kehadiran Ilahi tidak harus berada di suatu tempat di bulan sana, namun berada pada saat sekarang ini – di sini. Hal semacam itu harus dipelajari, dipelihara dan dilatih agar kita selalu berada di waktu “sekarang,” dalam kehadiran-Nya.

Saat kalian kehilangan waktu “sekarang,” maka hal pertama yang akan terjadi adalah kalian merasa harus ‘terlihat’, “Hey, aku disini! Kalian melihatku? Apakah semua orang memperhatikan aku? Apakah semua orang mendengar apa yang sedang aku katakan? Bagaimana penampilanku?” Namun setan juga mempunyai ego, tak satu pun yang mau bersama mereka karena pemberontakkannya pada Tuhan dan tidak bertaubat. Maka mereka tidak diampuni. Sekarang kita, sebagai anak-anak Adam as dan Siti Hawa , kita hanya mempunyai satu ego. Ego itu seperti seekor kuda dan seekor keledai. Kalian adalah penunggangnya. Dengan kearifan dan akal kalian, kalian harus mampu menunggangi kuda kalian.

Lalu mengapa kalian bertindak sebaliknya dalam kehidupan di atas bumi ini? Manusia adalah penunggang. Pernahkah kalian melihat seorang manusia membawa seekor kuda di atas pundaknya? Segalanya telah diprogram, namun sebagai insan manusia, kita diberi kehormatan untuk membuat keputusan di tangan kita. Kita bukan seperti makhluk ciptaan lain. Kita harus berusaha untuk yang terbaik bagi diri kita. Kita bukan seperti binatang yang diikat. Pahamilah kehormatan yang telah Dia berikan pada kita.

Sepanjang kalian mampu menjauhi ego dan berhasil, maka kalian akan jauh dari iblis dan setan. Dalam area kedamaian, tak ada lagi iblis dan setan. Setiap orang mempunyai sebuah area pribadi yang damai. Saat kalian mendarat di sana, tak seorang pun akan mengganggu kalian karena area itu telah dilindungi. Tak seorang pun dapat memasukinya dan mengganggu kalian. Tidak! Kalian mempunyai perlindungan Ilahiah terhadap serangan setan dan iblis. Segalanya boleh masuk, kecuali setan dan iblis. Jika ada yang mencoba mengganggu, maka akan ada penjaga untuk kalian.

Semuanya adalah latihan, dan semua tergantung kalian. Jangan meminta seseorang untuk mengikat leher kalian dan menariknya seperti seekor sapi. Jangan!! Kalian harus bebas! Bebas dari ego. Kalian harus bisa memerintah dan mengontrol ego.


Metode untuk Menundukkan Ego

Ketika ego kalian mulai datang memberontak dan ketika kalian melihat diri sendiri mulai “membahayakan”, maka kalian harus berpuasa satu hari dari matahari terbit sampai matahari tenggelam, jangan makan dan jangan minum. Hal itu sebagai hukuman bagi ego kalian karena telah merusak diri sendiri.

Saya telah diberi perintah agar segalanya jelas; jika kalian kehilangan kontrol akan diri sendiri atau sedang dalam posisi yang sulit, maka kalian dapat mengontak saya dalam hati dengan segera. Cukup dengan mengingat saya, kalian akan terhubung dengan segera, saya akan melihat kalian. Sebuah kekuatan akan datang dengan cepat sehingga kalian terhindar jatuh pada situasi yang membahayakan. Saya terkoneksi pada sebuah mata rantai yang terhubung pada Tuhan melalui para Awliya. Saya ada di bagian terakhir mata rantai yang akan menghubungkan kalian. Seperti steker yang dapat menghasilkan aliran listrik.

Musuh yang paling mengerikan adalah ego. Jika seseorang tidak pernah diajari bagaimana cara berperang; maka apa yang bisa dia lakukan jika ada seorang musuh? Musuh dengan cepat akan menaklukkannya. Kalian juga membutuhkan seorang staf ahli bagi ego kalian, kalau tidak, dia akan menelan kalian dengan cepat. Amat sulit untuk berperang dan membunuh ego. Sebuah peperangan yang mengerikan dan membahayakan. Namun banyak ahli yang mampu membunuh ego mereka. Kalian harus menemukan salah satu dari mereka yang baru saja membunuh egonya, untuk menunjukkan pada kalian bagaimana caranya.

Kalian tidak dapat mendekati ego secara langsung. Itu mustahil. Di saat kalian mengatakan, “Aku umumkan perang terhadap kamu!” Maka kalian sebenarnya telah kalah. Kalian harus mengatakan pada ego, “Oh, temanku, teman terkasihku…” Jangan memperlihatkan pedang kalian. Jangan! ”Kalian adalah temanku…” Dengan cara ini, ego akan berakhir karena dia akan selalu meragukan hati kalian. Kalian harus menunjukkan sisi pertemanan dan katakan padanya, “Saya menyukaimu melebihi siapapun!” Karena jika kalian bangkit dan mengumumkan perang, nafsulah yang akan menelan kalian.

Banyak metode untuk menjaga agar ego kita tetap berada di jalur yang benar, jalan yang kita inginkan. Namun kitalah penyebab mengapa ego tidak patuh. Kita patuh pada setiap nafsu ego tanpa membuat suatu persyaratan dengan mengatakan, “Jika kamu meminta aku akan berikan, dengan syarat kamu juga harus mematuhiku.”

Kita tak pernah menggunakan metode itu! Kita hanya memberi tanpa menerima apa pun. Kita patuh, namun ego tidak mematuhi kita. Kalian harus membuat syarat: satu untuk satu. Patuhi saya dan saya akan mematuhi kamu! Kerjakan apa yang aku mau dan aku akan mengerjakan apa yang kamu mau. Itu adalah sebuah metode yang telah dipergunakan dalam berbagai tradisi dan akan terus dipergunakan sampai akhir zaman.

Paling tidak kalian dapat mengatakan pada ego di awal pagi, saat kalian bangun tidur. Ketika ego menginginkan makan dan minum, katakan, “Tidak! Sebelumnya, kamu harus menunggu sampai saya menunaikan kewajiban shalat. Setelah itu baru saya beri kamu sesuatu untuk dimakan. Jika kamu tidak patuh dan shalat bersamaku, maka aku tidak akan memberimu makan atau minum sepanjang hari ini !”

Ya, kita harus tahu metode-metode itu, karena jika ego memasang perangkap pada kita, kita pun harus memasang perangkap bagi dia. “Mengapa aku harus mematuhimu dalam segala hal dan kamu tidak mematuhiku? Apa alasanmu? Jika kamu tidak mematuhiku dan shalat, aku tidak akan mematuhimu sepanjang hari ini. Tak ada makan dan minum untukmu. Selamat kehausan dan kelaparan!”

Pada malam hari ego akan datang dan mengatakan, “Aku sudah mengantuk. Biarkan aku tidur.” Tidak, dia bahkan tidak mengatakan “tolong” – tidak pernah mengatakan “tolong”. Ego hanya memerintah, “Aku harus tidur. Aku harus istirahat.” Dan kalian mengatakan, “Saya banyak urusan, banyak yang harus dikerjakan.” Maka Ego menjawab, “Aku tak mengerti soal itu. Aku hanya ingin tidur sekarang !” Jika kalian mengatakan, “Aku harus beribadah untuk Tuhanku sekarang.” Ego akan mengatakan, “Tidak! Masih ada banyak waktu sebelum shalat. Aku cuma ingin tidur sekarang!”
Pada saat seperti itulah kalian harus berani memerintah dia, “Tidak! Aku tidak mengijinkan kamu tidur sebelum kamu shalat!” ”Tetapi mataku sudah terpejam. Aku bisa apa?” ”Jika kamu tidak mematuhi perintahku, aku akan memberi garam di matamu! Jika garam ada di matamu, maka kamu sama sekali tidak akan bisa tidur! Jika kamu lakukan itu, aku akan lakukan ini!”

Wa min Allah at tawfiq Bi-hurmat al-Fatiha.
Bagikan Artikel ini ke : Facebook Google+ Twitter Digg
Comments
0 Comments
Facebook Comments by Diva nz

No comments:

Post a Comment