Strategi merupakan salah satu unsur yang penting dalam kegiatan organisasi atau perusahaan, tidak terkecuali dalam rantai pasok. Strategi rantai pasok sangat penting bagi kesuksesan pada banyak organisasi bisnis sekaligus juga sama pentingnya terhadap organisasi non profit. Strategi rantai pasok ditujukan untuk pencapaian strategi kompetitif perusahaan. Suatu strategi kompetitif perusahaan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen melalui produk atau jasa yang dihasilkan. Strategi operasi antara hypermarket dengan minimarket tentu berbeda, baik dari segi pemilihan lokasi, pemilihan produk, harga, sampai pada promosi. Setiap strategi tentu disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai perusahaan. Strategi perusahaan manufaktur dan jasa juga akan berbeda.
Di dalam pasar yang kompetitif, pelanggan adalah pihak yang mengendalikan pasar dan pasar akan mengendalikan perilaku organisasi. Pelanggan memutuskan untuk membeli suatu produk dengan berbagai alasan seperti harga atau layanan tambahan yang diberikan pada saat pembelian. Strategi rantai pasok dibutuhkan untuk mengelola integrasi pada semua aktivitas rantai pasok untuk mendapatkan keuntungan.
Untuk mencapai strategi yang tepat, sebuah perusahaan harus memastikan bahwa kemampuan rantai pasoknya harus bisa memenuhi kepuasan pelanggan seperti yang sudah ditargetkan. Menurut Chopra dan Meindl (2004), ada tiga langkah untuk mencapai strategi yang tepat yaitu:
- memahami pelanggan dan ketidakpastian dari rantai pasok.
- memahami kemampuan rantai pasok.
- pencapaian strategi yang tepat.
CPFR (Collaborative Planning, Forecasting and Replenishment)
Saudara mahasiswa, seperti Anda telah pelajari bahwa rantai pasok merupakan serangkaian aktivitas yang terintegrasi. Telah banyak inisiatif dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas melalui integrasi aktifitas dalam rantai pasok. Salah satunya yang disebut sebagai CPFR (Collaborative Planning, Forecasting and Replenishment). Ini merupakan suatu model dimana pengecer, perusahaan jasa transportasi, distributor dan pabrik dapat mengadopsi suatu sistem berbasis internet untuk berkolaborasi sejak tahap perencanaan hingga eksekusi. Ide ini dimotori oleh Wal-Mart (pengecer) bersama Warner Lambert (produsen) untuk produk Listerine pada tahun 1995. Kedua perusahaan ini berkolaborasi untuk meningkatkan akurasi peramalan persediaan mereka dengan menentukan tingkat persediaan yang paling tepat dan kapan persediaan tersebut dibutuhkan. Proyek yang dijalankan selama 3 bulan memngenai hal ini memberikan hasil yang sangat memuaskan bagi kedua belah pihak.
CPFR pada dasarnya adalah proses peramalan yang berevolusi menjadi perangkat berbasis web yang bertujuan untuk bertukar informasi secara internal dalam ‘shared web’ antar sesama partner di dalam suatu rantai pasok. Pertukaran informasi secara terbuka ini akan memberikan wawasan terhadap permintaan yang lebih akurat dan berjangka panjang kepada seluruh anggota rantai pasok. Hambatan terbesar yang umum dihadapi dalam penerapan sistem ini adalah adanya kekurang percayaan antar partner sehingga kolaborasi tidak berlangsung optimal. Hal demikian bisa dipahami mengingat kemungkinan terdapatnya pamrih yang berbeda satu sama lain yaitu pedagang akan cenderung memaksimalkan keuntungan sedangkan pelanggan menginginkan harga serendah mungkin. Dengan transparansi data yang begitu terbuka, wajar bilamana perusahaan enggan berbagi data yang bersifat strategis seperti laporang keuangan, jadwal produksi dan nilai persediaan secara on-line. Itu sebabnya diperlukan adanya ikatan front-end partnership agreement antar partner.
Sumber http://elearning.ut.ac.id