Tahapan Lobi menurut Rhenald Kesali (1994) dengan mengutip Fraser P. Seitel, adalah sebagai berikut:
- Pengumpulan data dan fakta. Pemerintah memiliki data dan fakta yang lengkap tapi seringkali tidak terkordinasi. Data tersebut ada yang dipublikasikan dan ada yang dimiliki secara individual yang menangani bidang tertentu. Selain itu ada juga data yang tidak dipublikasikan. Karena itu langkah kita adalah menghubungi sumber-sumber data tersebut untuk mendapatkan data dan fakta yang kita butuhkan sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas dalam lobi.
- Interpretasi terhadap langkah-langkah pemerintah, keputusan yang ditetapkan oleh pemerintah, umumnya merupakan penjabaran opini para pejabat pemerintah. Para pelobi bertugas menerjemahkan opini pejabat pemerintah itu ke dalam kebutuhan perusahaan serta memperkirakan apa yang akan terjadi secara hukum dan memberikan rekomendasi agar perusahaan bisa menyesuaikan diri dengan peraturan tersebut.
- Interpretasi terhadap langkah-langkah perusahaan. Karena para pelobi memiliki kontak dengan pejabat pemerintah dan pengambil keputusan, maka pelobi memiliki informasi mengenai pandangan perusahaan atau kelompok masyarakat tertentu terhadap ketentuan yang dibuat oleh pemerintah.
- Membangun posisi. Ada saatnya pelobi mendekati pejabat pemerintah agar ada penundaan pelaksanaan sebuah peraturan agar perusahaan yang menjadi kliennya tidak mengamali kesulitan serius dan semua pihak siap melaksanakan perturan itu. Para pelobi harus mampu meyakinkan para pembuat keputusan bahwa pelaksanaan sebuah keputusan membutuhkan waktu untuk pelaziman.
- Melemparkan berita nasional. Istilah yang umum dipergunakan adalah publicity springboard yakni menggunakan tempat lobi sebagai tempat peredaran berita. Tempat lobi biasanya adalah suatu tempat yang selalu dikunjungi wartawan media cetak maupun elektronik. Berita yang dilemparkan dari tempat lobi ini akan segera menjadi berita nasional.
- Mendukung kegiatan pemasaran. Melobi agar pemerintah agar membeli produk yang dihasilkan perusahaan, karena pemerintah merupakan pembeli terbesar mulai dari alat-tulis-kantor sampai alat-alat berat. Pelobi tidak hanya menawarkan barang atau jasa melainkan juga proposal agar pembelian barang itu dianggarkan oleh pemerintah.
Fungsi negosiasi sebenarnya untuk menyelesaikan konflik kepentingan atau persoalan melalui tindak-komunikasi. Dengan sendirinya, agar fungsi negosiasi tersebut dapat berjalan dengan baik, pihak-pihak yang terlibat dalam negosiasi harus memiliki keterampilan berkomunikasi seperti berbicara, mendengarkan dan menyatakan gagasan secara jernih dan tepat.
Menyelesaikan masalah elalui negosiasi merupakan salah satu karakteristik khas manusia. Karena manusia dilengkapi dengan keterampilan berbicara, maka manusia berusaha menyelesaikan masalahnya melalui kata-kata, bukan dengan kekuatan otot atau kepalan tangan. Melalui dialog, diskusi atau negosiasi manusia berupaya menuntaskan masalah yang dihadapinya. Konon, kemampuan bernegosiasi dalam menyelesaikan masalah merupakan salah satu ciri manusia beradab.
Selanjutnya, kita membahas jenis-jenis negosiasi. Tadi, kita bsudah mempelajari bahwa negosiasi itu terjadi manakala ada dua pihak atau lebih ―baik individual maupun kelompok― mendiskusikan usulan-usulan yang spesifik guna mencapai persetujuan yang dapat diterima masing-masing pihak. Negosiasi merupakan cara yang lazim digunakan untuk mengatasi konflik dalam kegiatan bisnis. Negosiasi untuk mengatasi konflik tersebut dapat berlangsung dalam konteks internal dan eksternal. Dalam konteks internal misalnya terjadi pemogokan pekerja yang menuntut kenaikan upah dan jaminan kesejahteraan. Dalam konteks eksternal misalnya terjadi konflik antara kita dan mitra bisnis.
Kita bisa membuat klasifikasi jenis-jenis negosiasi seperti berikut ini::
- berorientasi pada bargaining (bargaining-orientations) yakni bentuk negosiasi yang menggunakan pendekatan yang digunakan oleh para komunikator yang kompetitif. Pendekatan ini berasumsi, hanya ada satu pihak saja yang dapat mencapai tujuannya. Karena itu, ada pihak yang menang dan ada pihak yang kalah. Negosiasi seperti ini juga dinamakan “negosiasi berorintasi kalah-menang”.
- “berorientasi kalah-kalah”, yang dalam prosesnya, pihak-pihak yang bernegosiasi mengabaikan kemungkinan menjadi pemenang sehingga dalam pendekatan ini pihak-pihak yang bernegosiasi menjadi pecundang. Namun sebenarnya, ketika negosiasi dimulai tak ada pihak yang ingin menjadi pecundang, tapi pada saat negosiasi berlangsung kita berada dalam posisi yang besar kemungkinan menjadi pihak yang kalah oleh karena itu ketimbang kekalahan diderita sendiri, maka lawan negosiasi pun harus mengalah. Akibatnya kedua belah pihak mengalami kerugian.
- negosiasi dalam bentuk kompromi, yakni pengambilan satu pilihan yang didasari oleh pertimbangan daripada berada dalam posisi “kalah-menang” atau “mengandung resiko kalah-kalah” maka jalan tengah dipilih sehingga dilakukan kompromi. Jadi dalam kompromi ini, ada kepentingan yang harus dikorbankan dan dipertahankan begitu juga oleh pihak lain.
- berorientasi “menang-menang” yang disebut juga sebagai pendekatan kolaboratif. Asumsinya, pemecahan dapat dicapai dan memuaskan kebutuhan semua pihak yang terlibat di dalamnya. Pendekatan ini sangat berbeda dengan pendekatan-pendekatan sebelumnya, karena kuncinya terletak pada bagaimana menemukan solusi “menang-menang” yang membuat masing-masing pihak tidak merasa dirugikan.