Inisiasi 1 Meengenal Angka Indeks

Saturday, September 13, 2014
Angka indeks(index number) adalah angka yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk membandingkan tentang hal atau kegiatan yang sama dalam dua waktu yang berbeda. Angka indeks yang dimaksudkan disini adalah ukuran yang menunjukkan perubahan tingkat harga, kualitas atau produktivitas dibandingkan dengan periode tertentu yang dinamakan periode dasar.
 Jadi untuk membuat angka indeks itu diperlukan dua waktu yang berbeda, yaitu waktu atau periode dasar (based period) dan waktu yang sedang berjalan (current period).

Waktu dasar : adalah waktu dimana suatu kegiatan/kejadian dipergunakan untuk dasar perbandingan.

Waktu yang sedang berjalan : adalah waktu dimana suatu kegiatan/kejadian akan dibandingkan dengan kegiatan yang terjadi pada waktu dasar.

Angka Indeks dibagi menjadi dua yaitu
  1. indeks harga (price index) dan 
  2. indeks kwantitas (quantity index).
Indeks harga mencakup semua indeks yang satuan aslinya dalam satuan mata uang, seperti indeks harga, indeks penerimaan, indeks upah/gaji indeks biaya hidup.

Indek kwantitas mencakup semua indeks yang satuan aslinya dalam satuan fisik seperti berat, luas, volume, antara lain seperti indeks produksi, indek barang yang diangkat, indeks barang yang dimuat dipelabuhan.

Jenis-jenis Indeks Harga

1. Indeks Harga Konsumen (IHK)
Indeks harga konsumen (consumer price index) diracang untuk mengukur perubahan harga dari sekumpulan barang-barang dan jasa-jasa tertentu, yang dihitung dengan metode agregat tertimbang rumus Laspeyres.

Dalam penyusunan indeks haRa koNsumen Biro Pusa St!tistik (B@S mengambiL data ha g! eceran DaRi27 KotA propinsi diIndonE3i!. eku-pulan barang,"!R!nG dan jasa-jaSa yAng $iunakan dalam 0eny5 u,@j “h.d%ks harga kONs5men” m%,ipu) sDkIpar ± 50 baranF dan *asa, yang dIk%hmmpk
an keDalam stB colongal iakajan$ p%rUmahan, 3andang neia barang dan jesa.

2. Indeks har'a Pebd!gangan Besar (In$eks HargA rodusen)
Perhitunganngan indeksina buga mdngg5.akan rumus Laspeyre3, har'a-har'a yang dag NaKan da,am in$%ks diperolh daRi pRoducen bar!ng barang itu sendIbi, d!n bukafD!ri perdagangaj besar.

BP saat ini me.erb)tkan B%berapa macA- inDeks perdagangAn bEsar sePerti inddks hargaperdagAnga. be3a2 seKtor pertanian, perta-bangaj, inDu3tri, kofstruksi, impor, ekspor non eigas, ekspor mi'a3 dLl
Indeksharga Perdagangan besar umum dIwakili od%H 281 jenis barang. Pengetahuan tentang indeks harga perda'!ngan besar biasanqa diguNaKAn dalam kont2ak jangka 0a.janG yang memungkinKal terjadinya perubahan harga yang da0at bErpengaRuh terha$ap kebijaks!Naan suatu perusahaan.

3. Impicit PrICeDeflator (IPD)
Produk Domestic Bruto adalah nilai seluruh Barang d!n jasa !khir ya.' diprodukCi oheh perekonomian suatu .e'ara. Dengan mEnjuml!hkan 0e2kalian antara harga dan kuantitas pada periode tertenpu dari seluruh barang danjasa akhir akAn daperoleh PDBharga iang beplaku.

Jika ingin diketahui pertumBuhan PDB !tas harga pada periode da3ar (inGIN Diketa(U) per4umbuhankuantItas produksi) M!ka hArus dIketahui DB tahun yang dip%RTiMBaNgkan (dahun yang sedang berjalan) atas harga pada periode dasar, yang dikenal dengan PDB harga konstant.                   

PDB harga konstant =PDB Harga Berlaku x 100

(PDB riil)                       Indeks Harga

Indeks harga yang digunakan untuk medeflasi PDB harga berlaku agar diperoleh PDB harga konstant dinamakan “Implicit Price Deflator”.


                                                    PDB Harga Berlaku 
   Implicit Price Deflator =                                  
               (IPD)                        PDB Harga Konstant


“Deflator” biasanya dicari dengan rumus-rumus Laspeyres, Deflator untuk periode n dengan periode dasar 0 dirumuskan 

                           å Pn . Q0

    IPD =                      x 100

                 å Pn . Q0

Deflator (IPD) harus ditemukan sebelum mendapatkan PDB harga konstan.

Penentuan Waktu Dasar (Based Period)

Waktu dasar harus dipilih berdasarkan syarat berikut :
  1. Supaya dipilih waktu atau periode yang stabil artinya tidak terjadi gejolak ekonomi, sosial atau politik sebut saja waktu normal.
  2. Waktunya jangan terlalu jauh dibelakang misalnya lebih dari 10 tahun. Harga tahun 1990 jangan dibandingkan dengan harga tahun 1970 atau sebelumnya. 
  3. Adanya peristiwa penting seperti penggantian kabinet baru, pimpinan perusahaan baru atau kebijaksanaan (policy) baru.
Metode Penyusunan Indeks Harga
Indeks harga tidak tertimbang (unweighted index).
  1. Metode angka relatif.Metode angka relatif ini merupakan metode penyusunan angka indeks paling sederhana dan cocok untuk mengukur perbedaan nilai-nilai satu macam variabel yang berbeda waktu dan dapat dicari dengan rumus :

          Pn
IHR = ----       x 100
        P0

IHR = Indeks harga relatif tahun n
Pn  = harga pada tahun n
      P0  = harga pada tahun dasar


Tabel 1.  Perhitungan Indeks Harga Relatif ikan segar di pasar x dengan tahun dasar tahun 1980.
Tahun
Harga Ikan Segar/kg
Indeks Harga Relatif
1980
1981
1982
1983
1.200
1.230
1.250
1.300
1.200/1.200x100 = 100
1.230/1.230x100 = 102,5
1.250/1.250x100 = 104,5
1.300/1.300x100 = 108,3



2.Metode gabungan sederhana (Simple Agregative Method)

Metode ini merupakan metode penentuan angka indeks yang sangat cocok untuk mengukur perbedaan atau perkembangan nilai-nilai yang dianggap hanya memiliki satu variabel saja, walaupun sesungguhnya merupakan gabungan beberapa variabel.

Secara aljabar, metode gabungan sederhana tersebut dirumuskan sebagai berikut :

              åPn

IA =   ---------

        åP0

IA    = indeks gabungan sederhana tahun n (tertentu)
åPn = jumlah seluruh harga pada tahun n
åP0 = jumlah seluruh harga pada tahun dasar.

Contoh
Tabel 2. Indeks agregat sederhana (simple agregative method) dari harga rata-rata 9 macam bahan pokok dipasar kota gede, 1980-1984.
Jenis bahan pokok
Harga/unit
1980
1984
Beras
Gula Pasir
Garam Bata
Minyak Kelapa
Ikan Asin
Tekstil
Batik
Sabun Cuci
Minyak Tanah
200
350
15
700
1.500
1.300
3.000
200
125
225
450
25
1.200
1.600
1.300
3.250
215
130
Jumlah (å)
7.290
8.395
Indeks harga
100
115,15

            Indeks harga 1980 = 100
          Indeks harga 1984 = 8.395  x 100 = 115,5
                                              7.290

Berdasarkan hasil penyusunan indeks harga 1984 diatas, harga rata-rata 9 macam bahan pokok ditahun 1984 ialah 115,15% dari tahun 1980. Dengan kata lain, harga rata-rata 9 macam bahan pokok dipasar kota Gede pada tahun 1984 mengalami kenaikan sebesar 15,15% jika diperhitungkan dengan harga tahun 1980.

2.Indeks Rata-rata Harga Relatif
Indeks rata-rata harga relatif (arithmatic mean of price relative index) pada dasarnya merupakan rata-rata hitung dari indeks relatif masing-masing variabel yang ada, dan merupakan metode yang cocok untuk menemukan angka indeks pada persoalan yang memiliki beberapa variabel.

Rumus indeks ini adalah :



 
 

Pn = harga tahun n
P0 = harga tahun dasar
n   = jumlah jenis barang

Langkah pertama untuk mendapatkan indeks rata-rata harga relatif adalah menghitung masing-masing indeks harga relatif, kemudian menentukan indeks rata-rata harga relatif berbagai jenis barang tersebut.


Contoh.
Tabel 2. Indeks rata-rata dari relatif harga 9 macam bahan pokok di pasar Kota Gede, 1980-1984 dalam rupiah per unit.
Jenis bahan pokok
Relatif harga = Pn
                                           P0
Beras (kg)
Gula Pasir (kg)
Garam (bata)
Minyak Kelapa (btl)
Ikan Asin (kg)
Tekstil (meter)
Batik (lembar)
Sabun Cuci (batang)
Minyak Tanah (ltr)
225/200       = 1,125
450/350       = 1,286
25/15           = 1,667
1.200/700    = 1,714
1.600/1.500 = 1,066
1.300/1.300 = 1
3.250/3.000 = 1,083
215/200       = 1,075
130/125       = 1,04

å Pn            = 11,056
    P0

Indeks harga 1980 = 100
Indeks harga 1984 = 11,056x 100 = 122,84
                                          9

Indeks Harga Tertimbang
Yang dimaksud dengan timbangan adalah sesuatu yang dimasukan kedalam perhitungan angka indeks, sehingga didapatkan angka indeks yang benar-benar tetap memperhatikan atau mempertimbangkan kedudukan yang mendekati sebenarnya. Dalam mencari indeks harga, timbangan yang biasa digunakan adalah kwantitas yang diproduksi, dikonsumsi atau dijual, hal ini tergantung pada persoalannya.

Indeks Gabungan Sederhana Tertimbang (Metoda Agregatif)
Secara umum indeks gabungan sederhana tertimbang ini dapat dirumuskan sebagai berikut :




                       å Pn. W
IAw =                     x 100
                       å P0 . W


            IAw = indeks gabungan sederhana tertimbang
            Pn  = harga pada tahun n
            P0   = harga pada tahun dasar
            W   = nilai timbangan


Penentuan indeks ini biasa dikenal dengan beberapa nama indeks seperti :
  1. Indeks Laspeyres
  2. Indeks Paasche 
  3. Indeks Drobisch
  4. Indeks Fisher
  5. Indeks Marshall Edge Wort
  6. Indek Walsh
1. Indeks Laspeyres
Perumusan Laspeyres menggunakan kwantitas tahun dasar sebagai timbangan indeks harga dan dirumuskan sebagai berikut :



                     å Pn . Q0
IL =                  x 100
                    å P0 . Q0

IL    = rumus indeks Laspeyres
Pn  = harga pada tahun n
P0   = harga pada tahun dasar
Q0   = kwantitas tahun dasar

Contoh
Tabel 3.Perhitungan Indeks harga Laspeyres tentang 3 jenis bumbu di 
Pasar Kliwon pada tahun 1981-1982.

Jenis bumbu
Harga per ton (Rp.100)

Q’81

P81.Q81

P82.Q81
1981
1982
Bawang merah
Bawang putih
Bawang putih
2.780
4.500
6.000
3.500
4.800
5.000
10
15
8
27.800
67.500
48.000
35.000
72.000
40.000
Jumlah


143.300
147.000


å P81 . Q81

Indeks 1981 = x 100 = 100

å P81 . Q81



å P82 . Q82 147.000

Indeks 1982 = x 100 = x 100 = 102,58

å P82 . Q82 143.000


Harga 3 jenis bumbu di pasar Kliwon ditahun 1982 ternyata mengalami kenaikan sebesar 2,58% dari harga tahun 1981.

2. Perumusan Paasche
Paasche menggunakan kwantitas tahun yang sedang berjalan atau tahun tertentu sebagai timbangan secara umum rumus Paasche dinyatakan sebagai berikut :

           
                       å Pn. Qn
IP =                        x 100
                       å P0. Qn


            IP   = Indeks Paasche pada tahun  n
            Qn  = Kwantitas barang pada periode n
            Pn   = Harga pada tahun  n
            P0   = Harga pada tahun dasa

Tabel 4. Indeks Harga Paasche tentang 3 jenis bumbu di pasar Kliwon pada tahun 1981-1982.
Jenis Bumbu
Harga/ton (Rp.1000,-)
Q’82
P’81.Q82
P’82.Q82
1981
1982
Bawang Merah
Bawang Putih
Lada Putih
2.780
4.500
6.000
3.500
4.800
5.000
40
30
20
111.200
135.000
120.000
140.000
144.000
100.000




366.200
384.000


Indeks 1981 = 100
Indeks 1982 = 384.000  x 100 = 104,86
                       366.200

3.Perumusan Drobisch

Jika selisih antara hasil perumusan Laspeyres dan Paasche cukup besar, Drobisch menganjurkan sistem rata-rata bagi hasil indeks Laspeyres dan Paasche, yang dirumuskan sebagai berikut :



 
     
ID = Indeks Drobisch pada tahun  n
IL  = Indeks Laspeyres pada tahun  n
IP  = Indeks Paasche pada tahun  n
Contoh : ID = (102,58 + 10486)/2 =


4. Perumusan Fisher
Jika selisih indeks Laspeyres dan indeks Paasche cukup besar, maka pengrata-rataan dengan asas rata-rata hitung seperti dalam perumusan Drobisch memiliki kelemahan-kelemahanm yaitu belum tentu menghasilkan nilai indeks yang cukup representatif bagi kedua hasil indeks Laspeyres dan Paasche. Fisher menganjurkan penggunaan rata-rata ukur bagi pengrata-rataan indeks Laspeyres dan Paasche yang dirumuskan adalah sebagai berikut :



 
     
      IF =     IL x IP




 
      IF =   (102,58) (104,86)     = 103,714


5. Perumusan Marshall-Edgeworth
Dalam Perumusan Marshall dan Edgeworth, pengrata-rataan tidak dilakukan terhadap indeks Laspeyres maupun Paasche. Pengrata-rataan hanya dilakukan terhadap timbangan kwantitasnya, perumusannya diberikan sebagai berikut :

           
                       å Pn (Q0 + Qn)
IME =                             x 100
                       å P0(Q0 + Qn)


IME = Indeks Marshall-Edgeworth pada tahun n
Pn   = harga pada tahun n
P0   = Harga pada tahun dasar
Qn  = Kwantitas pada tahun n
Q0  = Kwantitas pada tahun dasar


Tabel 5.  Perhitungan  indeks  harga Marshall-Edgeworth tentang 3 jenis bumbu di pasar Kliwon pada tahun 1981-1982.
Jenis Bumbu
P0
Pn
Q0
Qn
(Q0+Qn)
P0(Q0+Qn)
P0(Q0+Qn)
Bawang Merah
Bawan Putih
Lada Puti
2.780
4.500
6.000
3.500
4.800
5.000
10
15
8
20
30
10
30
45
18
83.400
202.500
108.000
105.000
216.000
90.000






393.900
411.000

            Indeks harga 1981 = 100
            Indeks harga 1982 = 411.000 x 100 = 104,34
                                               393.900


6. Rumus Walsh
Walsh memberi perumusan alternatif yang kemudian terkenal dengan nama rumus Walsh sebagai berikut :

                 
                        å Pn   Q0 + Qn
IW =                               x 100
                       å P0   Q0 + Qn




Tabel 6. Perhitungan indeks harga Walsh tentang 3 jenis bumbu di Pasar Kliwon pada tahun 1981-1982.
Jenis Bumbu
P0
Pn
Q0
Qn
Q0+Qn
Ö Q0+Qn
Ö Q0+Qn

Bawang Merah
Bawan Putih
Lada Puti
2.780
4.500
6.000
3.500
4.800
5.000
10
15
8
20
30
10
200
450
80
14,142
21,243
8,944
39314,76
95458,5
53644,0








188.437,26

            Indeks harga 1981 = 100
            Indeks harga 1982 = 196.039,4     x 100  = 104,03
                                             188.437,26


Berikut ini diketahui volume dan harga ekspor 3 jenis komoditas pertanian selama tahun 1985-1988.

Volume Ekspor (000 ton)                             Harga Ekspor (US$/ton)

Tahun
Kayu
Kopi
Karet

Tahun
Kayu
Kopi
Karet
1985
1986
1987
1988
11.042
11.814
15.802
16.155
128
136
160
216
788
812
800
862
1985
1986
1987
1988
45
53
60
62
781
1750
3744
2273
454
653
735
832

Carilah !

Indeks Harga Laspeyres, Paasche, Fisher, dan Marshall-Edgeworth untuk tahun 1988 dengan tahun dasar tahun 1985.


II. Indeks Relatif Harga-Harga Tertimbang

Secara aljabar, indeks relatif harga-harga tertimbang dapat dirumuskan sebagai berikut :



 
      

Rumus indeks ini banyak dipakai jika data yang digunakan sebagai timbangan sudah dinyatakan dalam satuan nilai ( p x q ), seperti data tentang nilai ekspor, nilai produksi dsb.nya.

Jadi indeks relatif harga-harga yang diberi timbangan nilai tahun dasar dapat dirumuskan sebagai berikut :



 
      



Sedang untuk yang diberi timbangan nilai tahun tertentu dirumuskan sebagai berikut :



 
      



Rumus ini hampir sama dengan indeks harga agregat tertimbang dengan “rumus Laspeyres”. Namun ada sedikit perbedaan, yaitu bahwa rumus ini harus digunakan jika diketahui nilai (proporsi) rupiah yang dibelanjakan pada periode dasar.

Tabel 7. Perhitungan indeks relatif harga-harga tertimbang.
Jenis Barang
Q83
P83
P84
P0q0
Pn/P0
Pn/P0 (P0q0)
Beras
Jagung
Kedelai
35
4
1
300
100
500
315
125
600
10.500
400
500
1,05
1,25
1,2
11025
500
600




11.400

12.125

Jika tahun 1983 dijadikan sebagai periode dasar, maka indeks relatif harga tertimbang tahun 1984 =

      

                               12.125
                        =                      x 100 = 106,36
                               11.400

Harga 3 jenis bahan pangan untuk tahun 1984 ternyata mengalami kenaikan sebesar 6,36% dari harga tahun 1983.


Indeks Kuantitas

Perubahan kuantitas produksi atau konsumsi dari waktu ke waktu, dapat diukur atau diperbandingkan dengan menggunakan angka-angka indeks. Angka-angka indeks sedemikian ini disebut “indeks kuantitas” (quantity index).

Jika pada penyusunan “indeks harga” berkisar pada perbandingan Pn/P0, maka pada perhitungan indeks kuantitas sebetulnya berkisar pada perbandingan Qn/Q0.

Pada penyusunan indeks harga tertimbang, kuantitas harus dikonstatir (tetap konstan) agar perubahan harga dapat diukur bebas dari pengaruh perubahan kuantitas. Sebaliknya, dalam penyusunan indeks kuantitas, maka harga harus dikonstatir, supaya perubahan kuantitas dapat diukur bebas dari pengaruh perubahan harga.


Indeks Rantai (Chain-Index)

Pembentukan “angka indeks” dapat juga dilakukan dimana tahun diasarnya bukan merupakan tahun atau waktu yang tetap, melainkan berubah-ubah.

Tahun dasar yang berubah-ubah ini diambil dari setiap tahun yang mendahuluinya. Indeks yang dibentuk dengan tahun dasar yang demikian ini dinamakan “indeks rantai”.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat contoh berikut ini :

Tabel 1.  Harga rata-rata tahunan dari 5 jenis komoditas ekspor di pasar Jakarta, 1970-1974 dalam rupiah per 100 kg.
Jenis Komoditas
1970
1971
1972
1973
Kopra
Kopi
Lada Putih
Teh BOP
Kapuk
4.959
14.902
26.726
17.252
17.000
6.437
14.595
23.595
21.595
17.500
5.674
13.709
31.164
22.381
22.370
12.884
30.824
52.646
22.458
30.841
Sumber : Pengantar Metode Statistik I, Anto Dajan, LP3ES, 1984.


Tabel 2.  Produksi tahunan dari 5 jenis komodisitas ekpor 1970-1974 (00ton).
Jenis Komoditas
1970
1971
1972
1973
Kopra
Kopi
Lada Putih
Teh BOP
Kapuk
1.840
994
24
420
16
969
747
242
450
13
5.674
13.709
31.164
22.381
22.370
526
997
248
446
1
Sumber : Pengantar Metode Statistik I, Anto Dajan, LP3ES, 1984.


Tabel 3. Perhitungan Indeks Harga Agregatif dan Indeks Rantai dari 5 jenis
               Komoditas ekspor dipasar Jakarta, 1970-1973 (Rp.1000)
               1970 = 100


 
Tahun
Harga tahun yg berlaku  x  produksi tahun pertama
dari tiap-tiap pasang tahun.
Nilai Agregat
åPnQ0
             x 100
åPnQ0

IR
Kopra
Kopi
Lada
Teh
Kapuk
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1970
1971

1971
1972

1972
1973
9.124.560
11.844.080

6.237.453
5.498.106

2.451.168
5.565.888
14.812.588
14.507.430

10.829.490
10.172.078

13.105.804
29.467.744
641.424
566.280

5.709.990
7.541.688

7.697.508
13.003.562
7.245.840
9.069.900

9.847.320
10.208.472

10.298.020
10.330.680
272.000
280.000

227.500
290.810

67.110
92.523
32.096.412
36.267.690

32.851.753
33.711.154

33.619.610
58.460.397
100,00
112,990

100,00
102,616

100,00
173,888
100
112,996


115,952


201,627


Untuk menghitung Indeks Rantai (IR) digunakan rumus :

            IR =   (IAn x IRn-1)
                             100

            IAn    = Indeks tahun tertentu t dikolom 8

                                         åPnQ0
                     =                x 100
     åPnQ0

            IRn-1= Indeks rantai tahun t-1 dikolom 9.

·         Nilai dalam kolom (2) sampai dengan (6) adalah nilai tiap jenis komoditas ekspor dalam tahun-tahun yang tertentu. Tiap pasang tahun yang terdiri dari dari 2 tahun berturut-turut, nilai tahun pertamanya = P0.Q0,dan nilai tahun keduanya = Pn.Q0.

·         Nilai agregatif dari kelima jenis komoditas ekspor ditahun-tahun tertentu, diperoleh dengan jalan menjumlahkan nilai kelima jenis komoditas ekspor pada tahun tersebut, yaitu penjumlahan kolom (2) s/d (6). Untuk tahun 1970=åP70.Q0dan tahun 1971 = åP71.Q70.
 
·         Indeks agregatif tiap pasang tahun pada kolom (8) secara berturut-turut dapat dicari sebagai berikut :

Indeks harga 1970 = 100                                               
                
        I ndeks harga 1971 =   åP71.Q70      x 100
                      åP70.Q70

                                  =       36.267.600         x 100 = 112,996
                                           32.096.412

      Indeks harga 1971 = 100

                                                        åP72.Q71
                  Indeks harga 1972 =                     x 100
                     åP71.Q71








 
     =     33.711.154        x 100 = 102,616
                                           32.851.753

Indeks harga 1972  = 100








 
                  =     58.460.397         x 100 = 173,888
                                           33.619.610


·         Perhitungan Indeks Rantai dari tabel 3 diatas dapat dilakukan sebagai berikut :

IR 1971     = (112,996 x 100)/100 = 112,996
IR 1972     = (102,616 x 112,996)/100 = 115,952
IR 1973     = (173,888 x 115,952)/100 = 201,627


Pengukuran Upah Nyata dan Daya Beli Rupiah


Upah :
1.      Upah uang (money wage) : upah yang diterima para pekerja/karyawan dalam bentuk uang.
2.      Upah nyata (riil wage) atau daya beli dari pada upah rupiah adalah kesanggupan upah uang untuk ditukarkan dengan barang/jasa yang dibutuhkan.

Jika pada tahun 1970 harga seperti makanan disuatu “Warteg” Rp. 50,- sedangkan pada tahun 1978 harganya menjadi Rp. 200,-, ini berarti harga telah menjadi 4 kali lipat. Dengan adanya kenaikan harga 4 kali lipat tersebut, maka “nilai riil” atau daya beli dari rupiah telah menurun menjadi ¼ atau 0,25.

Jadi nilai rupiah seporsi makanan pada tahun 1978 hanya 25 sen saja bila dibandingkan dengan tahun 1970.

Dari contoh ini dapat dilihat, “daya beli” dari pada satu rupiah adalah merupakan kebalikan dari indeks harga yang sesuai dengan yang dinyatakan dala bentuk perbandingan”.

Jika harga naik katakanlah 50%, maka “indeks harga” menjadi 1,5/1 x 100 = 150% (1,5), sehingga daya beli rupiah menjadi 1/1,5 atau ± 2/3-nya, dengan adanya kenaikan harga tersebut, bagaimana lazimnya, data upah karyawan yang disajikan oleh suatu perusahaan atau departemen pemerintah, selalu dinyatakan dalam bentuk upah uang. Untuk mengubah upah uang menjadi upah riil atau upah nyata diperlukan adanya “deflator”.

Dinegara-negara maju deflatornya dipakai “Cost of Living Index” dan di Indonesia deflator yang digunakan adalah “Indeks Harga Konsumsi” (IHK).

Tabel 7. Indeks harga konsumsi dan upah rata-rata pekerja sektor industri garment di Kota Bunga
IHK April 1977 – Maret 1978 = 100
Tahun
Upah Pekerja
IHK
Upah riil
1979
1980
1981
168.365,4
2523.660,6
331.277,4
132,84
157,74
179,07
126,743
160.175,35
184.998,83

·         Kesanggupan upah pekerja tahun 1979, bila ditukarkan dengan barang dan jasa, tinggal 126.743.
·         Jika ingin mempertahankan daya beli upah tersebut, tetap sama dengan daya belinya tahun 1978, maka besarnya upah yang harus diterima pada tahun 1979 harus = (168.365,4 x 132,84)/100 = 223.656,6.

Sumber : http://student.ut.ac.id/ 
Bagikan Artikel ini ke : Facebook Google+ Twitter Digg
Comments
0 Comments
Facebook Comments by Diva nz

No comments:

Post a Comment